BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan
di Indonesia masih terfokus pada pengembangan kecerdasan siswa dari sisi
kognisi. Siswa masih dibebani dengan banyak tugas mata pelajaran yang di
dalamnya hanya memuat konsep-konsep dan materi tentang pengetahuan. Pengetahuan
yang didapatkan pun masih sebatas kemampuan dasar yang disesuaikan dengan
jenjang pendidikan yang sedang ditempuh. Kemampuan yang bersifat kecerdasan
akan membimbing siswa untuk menguasai keterampilan utnuk bekerja sesuai dengan
bidang pekerjaan mereka. Akan tetapi, untuk mewujudkan pribadi yang mampu
bekerja dengan baik, tidak hanya kemampuan kognisi siswa yang ditingkatkan.
Pengembangan soft skills adalah kunci agar seseorang dapat bekerja sama,
berperilaku yang tidak menyalahi aturan, tidak gemar menyakiti orang lain, dan
mampu mengontrol diri agar tidak berbuat jahat.
Pada
dasarnya untuk memenuhi kebutuhan tenaga ekrja yang profesional maka diperlukan
pendidikan hard skill yang baik. Kemampuan yang bersifat kejuruan dan
khusus untuk menguasai bidang tertentu akan melengkapi kinerja suatu instansi.
Oleh karena itu, pendidikan kejuruan dan perguruan tinggi membekali kemampuan
kognisi yang cukup untuk menguasai bidang/jurusan yang diambil agar ketika
lulus dapat menemukan pekerjaan dengan mudah. Hal ini sesuai dengan program
pemerintah untuk mengurangi banyaknya pengangguran di Indonesia. Oleh karena
itu, benar bahwa pengembangan hard skill sangat diperlukan untuk generasi
bangsa.Pendidikan yang menekankan hard skill
adalah kunci untuk mencetak manusia-manusia cerdas. Akan tetapi ada satu sisi
yaitu sisi kemanusiaan yang menyebabkan manusia tidak akan bisa menjadi baik
apabila soft skill-nya tidak dikembangkan dan diterapkan dengan baik.
Oleh karena itu, pendidikan dasar dari sekolah dasar, menengah dan perguruan
tinggi harus memperhatikan aspek keperibadian dan soft skill agar
lulusan yang dihasilkan tidak sekedar cerdas akan tetapi juga menjadi manusia
yang baik.
Berdasarkan
latar belakang tersebut, maka di dalam makalah ini akan dibahas tentang soft
skill, hard skill, dan bagaimana cara mengajarkan kedua keterampilan
tersebut. Termasuk dalam pembelajaran, salah satu aspek yang akan dikaji adalah
mengintegrasikan soft skill ke dalam pembelajaran yang berbasis hard
skill.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang diangkat, maka terdapat beberapa rumusan masalah sebagai
berikut.
1. Bagaimana cara mengajarkan soft skill?
2. Bagaimana cara mengajarkan hard skill?
3.
Bagaimana
integrasi Pengembangan Soft Skill dalam Pembelajaran Hard Skill?
C.
Tujuan
Berdasarkan rumusan
masalah di atas, maka tujuan yang ditentukan adalah.
1. Menjelaskan cara mengajarkan soft skill?
2. Menjelaskan cara mengajarkan hard skill?
3. Menjelaskan integrasi pengembangan soft
skill dalam pembelajaran hard skill.
|
BAB II
Pembahasan
A.
Soft Skills
1.
Konsep Soft Skills
Menurut Ramdhani (2008) dalam
Syawal (2010) pengertian soft skill didefenisikan sebagai keterampilan
lunak (soft) yang digunakan dalam berhubungan dan bekerjasama dengan
orang lain, atau dikatakan sebagai interpersonal skills. Menurut
Bahrumsyah soft skill merupakan keterampilan seseorang dalam berhubungan
dengan orang lain (interpersonal skills) dan keterampilan mengatur
dirinya sendiri (intrapersonal skills) yang mempu mengembangkan untuk
kerja secara maksimal. Dari kedua pendapat tersebut diatas, ada kesamaan
pendapat tentang pengertian soft skill yaitu interpersonal skill hanya
saja pada pendapat Bahrumsyah ditambahkan intrapersonal skills yaitu
keterampilan mengatur dirinya sendiri.
Dari pendapat tersebut diatas
masih terdapat kemampuan tambahan seseorang diluar dari interpersonal skills
dan intrapersonal skills yang disebut Ekstrapersonal skills
seperti kemampuan seseorang dalam spritual inteligence (SQ). dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa pengertian soft skill yaitu kemampuan
seseorang dalam berhubungan dengan orang lain (interpersonal skills) dan
kemampuan seseorang dalam mengatur dirinya sendiri (intrapersonal skills)
serta kemampuan tambahan seseorang dalam kepercayaan/kepedulian baik terhadap
penciptanya maupun orang lain (ekstrapersonal skills).
|
2. Mengajarkan Soft
Skill
Menurut Saillah (2007), materi soft skill yang perlu
dikembangkan kepada para siswa, tidak lain adalah penanaman sikap jujur,
kemampuan berkomunikasi, dan komitmen. Untuk mengembangkan soft skill dengan
pembelajaran, perlu dilakukan perencanaan yang melibatkan para guru, siswa,
alumni, dan dunia kerja, untuk mengidentifikasi pengembangan soft skill yang
relevan. Dari pendata di atas, pembelajaran soft
skill dapat dilakukan dengan cara mengintegrasikan ke dalam pembelajaran di
kelas.
Poppy Yaniawati dalam Agus Wibowo (20012:130)
mendefinisikan soft skills dengan kemampuan di luar kemampuan teknis dan
akademik yang mengutamakan pada kemampuan intrapersonal dan
interpersonal. Keduga kemampuan tersebut dapat dimiliki oleh seseorang, melalui
proses pembelajaran, maupun proses pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari.
Kemampuan di atas adalah kemampuan yang harus diasah pada setiap individu. Oleh
karena itu, pembelajaran akademis di kelas harus selalu memperhatikan
perkembangan soft skill siswa agar terus dikembangkan.
a.
Pembelajaran Berbasis
Kecerdasan Interpersonal.
Muhammad Yaumi (20012:144)
Menyatakan bahwa kecerdasan interpersonal berhubungan dengan konsep interaksi
dengan orang lain di sekitarnya. Interaksi yang dimaksud bukan hanya sekedar
berhubungan biasa saja seperti berdiskusi dan membagi suka dan duka, melainkan
juga memahami pikiran, perasaan, dan kemampuan untuk memberikan empati dan
respon. Biasanya orang memiliki kecerdasan interpersonal yang dominan cenderung
berada pada kelompok ekstrovert dan sangat sensitif terhadap suasana hati dan
perasaan orang lain. Mereka memiliki kemampuan untuk bekerja sama dan bekerja
dalam tim dengan baik. Oleh karena itu, mereka sangat fleksibel bekerja dalam
suatu kelompok karena mampu memahami watak dan karakter orang lain dengan
mudah.
Muhammad Yaumi
(2012:147) berpendapat bahwa karakteristik kecerdasan interpersonal adalah
sebagai berikut. 1) Belajar dengan sangat baik ketika berada dalam situasi yang
membangun interaksi antar satu dengan yang lainnya. 2) Semakin banyak
berhubungan dengan orang lain, semakin merasa bahagia. 3) Sangat produktif dan
berkembang dengan pesat ketika belajar secara kooperatif dan kolaboratif. 4)Ketika
menggunakan interaksi jejaring sosial, sangat senang dilakukan melalui chatting
atau teleconference. 5)Merasa senang berpartisipasi dalam
oraganisasi-organisasi sosial, keagamaan, dan politik. 6) Sangat senang
mengikuti acara talkshow di TV dan radio. 7)Ketika bermain atau berolah
raga, sangat pandai bermain secara tim (Double atau kelompok) dari pada
bermain sendiri (singgle). 8) Selalu merasa bosan dan tidak bergairah
ketika bekerja sendiri. 9) Selalu melibatkan diri dalam club-club dan
berbagai aktivitas ekstrakurikuler. 10) Sangat peduli dan penuh perhatian pada
masalah-masalah dan isu-isu sosial.
Muhammad Yaumi
(2012:149) berpendapat bahwa untuk dapat mengembangkan dan mengonstruksi kecerdasan
interpersonal yang memiliki peserta didik, berbagai aktivitas pembelajaran yang
sesuai dapat dilihat sebagai berikut.
1) Menerapkan model jigsaw
2) Membuat kelompok kooperatif
3) Melakukan board games
4) Mengajar teman sebaya
5) Berkomunikasi orang per orang
6) Membuat team work
7) Mempelajari perasaan orang lain
8) Melaksanakan penilaian tim
9) Membuat keterampilan kolaboratif
10) Berdiskusi kelompok
11) Membagi pasangan (peer sharing)
12) Melakukan praktik empati
13) Melakukan umpan balik
14) Membuat proyek kelompok
15) Melakukan simulasi
16) Melakukan wawancara
17) Menebak karakter orang lain.
Beberapa cara yang
dapat dilakukan dalam pembelajaran untuk mengajarkan soft skill di atas
bisa diterapkan dalam proses pembelajaran di kelas. Pembelajaran di kelas yang
utama adalah pendidikan bersifat akademis dengan hasil peningkatan kemampuan
kognitif siswa. Oleh karena itu, untuk mengajarkan soft skill di dalam
kelas, guru harus memadukannya dengan mata pelajaran yang akan diajarkan.
b.
Pembelajaran Berbasis
Kecerdasan Intrapersonal
Muhammad Yaumi
(2012:173) berpendapat bahwa pada umumnya orang yang memiliki kecerdasan
intrapersonal biasanya memilih untuk bekerja sendiri dalam menyelesaikan
proyek-proyek, meskipun kadang-kadang memerlukan perhatian ekstra. Orang yang
memiliki kecerdasan intrapersonal bukan hanya cenderung untuk menyendiri dan
tidak mau bergaul dengan orang lain, tetapi juga berhubungan dengan
kemampuiannya untuk merefleksi diri. Individu dengan kecerdasan intrapersonal
dapat menghabiskan waktu dalam kehidupan sehari-hari untuk merefleksi diri
memikirkan tujuan dan keberadaan diri
mereka, bahkan lebih dari itu, mereka terobsesi untuk berada di atas hal-hal
yang dipikirkannya. Jika tidak memiliki tujuan tertentu yang harus dilakukan di
luar, seperti pergi sekolah, tempat kerja atau kegiatan lain, maka mereka
mungkin tidak akan meninggalkan rumah mereka selama beberapa waktu tertentu.
Pendeknya, kecerdasan intrapersonal merujuk pada kemampuan individu untuk
mengenal dan menerima kelebihan dan kelemahan yang ada dalam dirinya. Artinya,
orang yang cerdas secara intrapersonal berarti orang yang menyadari keberadaan
dirinya secara mendalam termasuk perasaan, ide-ide, dan tujuan hidupnya.
Menurut Muhammad Yaumi
(2012:175-177) karakteristik kecerdasan intrapersonal adalah sebagai berikut.
1) Menyadari dengan baik tentang hal-hal yang berkaitan dengan keyakinan atau
moralitas. 2) Belajar dengan sangat baik ketika guru memasukkan materi aygn
berhubungan dengan sesuatu yang bersifat emosional. 3) Sangat mencintai keadilan
baik dalam persoalan sepele maupun persoalan besar lainnya. 4) Sikap dan
perilaku, menghargai gaya dan metode belajar. 5) Sangat peka terhadap isu-isu
yang berhubungan dengan keadilan sosial. 6) Bekerja sendiri jauh lebih
produktif daripada bekerja dalam suatu kelompok atau tim. 7) Selalu ingin tahu
tujuan yang hendak dicapai sebelum memutuskan untuk melakukan suatu pekerjaan.
8) Ketika meyakini suatu yang dapat membawa kebaikan bagi kehidupan, seluruh
daya dan upaya tercurah untuk mengejar sesuatu itu. 9) Senang berpikir dan
berbicara tentang penyebab seseorang dapat menolong orang lain. 10) Senang
untuk bersikap protek terhadap diri dan keluarga bahkan orang lain. 11) Membuka
diri atau bersedia melakukan protes atau menandatangani petisi untuk perbaikan
segala kekeliruan.
Muhammad Yaumi
(2012:177) berpendapat bahwa orang yang memiliki kekuatan intrapersonal
terintegrasi sifat-sifat positif seperti teguh pendirian, jujur pada diri
sendiri, instrospektif, adil, berpikir panjang, kreatif, futuristik, disiplin,
religius, dan hati-hati. Namun, jika sifat-sifat tersebut keluar dari koridor
yang sebenarnya dapat menyebabkan lahirnya perilaku-perilaku negatif seperti
egois, mementingkan diri sendiri, terlalu protektif, curang pada orang lain,
tidak rasional, berlebih-lebihan, over acting, kaku, tidak fleksibel, dan
lambat dalam memberikan respon pada lingkungan dan sebagainya. Oleh karena itu,
faktor pendidikan sangat menentukan adanya perbaikan dari berbagai kelemahan
tersebut.
Menrut Muhammad Yaumi
(2012:178-179) terdapat beberapa aktivitas pembelajaran yang dapat
mengembangkan keterampilan intrapersonal. Aktivitas yang dimaksud adalah
sebagai berikut.
1) Melakukan tugas mandiri.
2) Menanyakan tentang perasaan ketika belajar
sesuatu.
3) Membuat rencana aplikasi diri.
4) Membentuk hubung perorangan (personal
connection).
5) Memberi kebebasan memilih waktu untuk
mengerjakan sesuatu (free-choice time)
6) Membuat identifikasi diri.
7) Menerapkan berpikir tingkat tinggi.
8) Membuat otobiografi sederhana.
9) Membuat pernyataan diri.
10) Berkonsentrasi.
11) Mengungkapkan perasaan.
12) Membuat prioritas perorangan.
13) Menciptakan situasi terfokus.
14) Menyusun tujuan melakukan sesuatu.
15) Melakukan refleksi dalam situasi yang hening.
16) Belajar mandiri.
17) Menerapkan belajar dalam kehidupan nyata.
18) Berpikir strategik.
Aktivitas
permbelajaran seperti di atas dapat dikembangkan sesuai dengan jenis bahan ajar
dan tujuan pembelajaran yang disajikan. Beberapa aktivitas pembelajaran di atas
dapat diuraikan secara rinci dengan memerhatikan kosnep dasar, tujuan, prosedur
penyajian, dan contoh penerapannya dalam situasi ruangan kelas tertentu. Ruang
kelas yang dimaksud dapat dikondisikan sesuai dengan situasi real yang terdapat
pada masing-masing sekolah.
B. Hard Skills
1. Konsep Hard
Skill
Proses pembelajaran di
perguruan tinggi lebih menitik beratkan pada aspek kognitif. Hal ini dapat
dilihat pada prestasi mahasiswa yang ditunjukkan oleh indeks prestasi (IP).
Indeks prestasi dibuat berdasarkan hasil penilaian dari evaluasi dosen terhadap
mahasiswa dalam proses pembelajaran. Kemampuan mahasiswa yang ditunjukkan
berdasarkan indeks prestasi seperti inilah yang sering disebut sebagai
kemampuan hard skill.
Menurut Bahrumsyah (2010) hard skill merupakan penguasaan
ilmu pengetahuan, teknologi dan keterampilan teknis yang berhubungan dengan
bidang ilmunya. Menurut Syawal (2010) hard skill yaitu lebih
beriorentasi mengembangkan intelligence quotient (IQ). Dari kedua
pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa hard skill merupakan kemampuan
untuk menguasai ilmu pengatahuan teknologi dan keterampilan teknis dalam
mengembangkan intelligence quotient yang berhubungan dengan bidangnya.
Istilah hard skills merujuk
kepada pengetahuan dan ketrampilan teknis dalam bidang tertentu yang
berhubungan dengan suatu proses, alat, atau teknik.. Ketrampilan yang termasuk dalam hard
skills, misalnya ketrampilan
mengoperasikan komputer, pengetahuan dan ketrampilan finansial, ketrampilan berbahasa asing, dan ketrampilan
perakitan produk. Dalam kegiatan pembelajaran hard skills merupakan
hasil belajar yang tergolong pada ranah kognitif dan psikomotorik yang
diperoleh dari proses pemahaman, hapalan dan pendalaman materi dari model-model
pembelajaran yang dilakukan di kelas.
Kemampuan hard skills mahasiswa dapat dinilai dari indeks prestasi yang
diperoleh di setiap semester.
Syarief Basir dkk (2011:1-2) Hard Skill adalah kemampuan yang bisa
dipelajari di sekolah atau universitas yang memiliki tujuan untuk meningkatkan
kemampuan intelektual yang berhubungan dengna subyek yang dipelajari. Misalnya,
seorang mahasiswa belajar akuntansi dengan harapan bahwa setelah belajar
akuntansi dia bisa membuat laporan keuangan. Hard skill bisa diukur dengan melakukan tes yang berhubungan dengan
bidang yang dipelajari. Dapat dikatakan bahwa hard skill bersifat kasat mata atau nyata.
Dalam panduzone.blogspot.co.id (04-03-2012), Hard skill merupakan keterampilan dalam penguasaan ilmu pengetahuan
atau akademis, teknologi, dan keterampilan teknis lainnya yang berhubungan
dengan bidang ilmunya. Hard skill cenderung
lebih berorientasi dalam pengembangan intelligence
quotient (IQ), sedangkan soft skill berorientasi
dalam pengembangan emotional quotient (EQ).
Selama ini sistem pendidikan di Indonesia memberikan porsi yang lebih besar
dalam pengembangan hard skill, ini
dapat dilihat dari sistem penilaian di berbagai jenjang pendidikan yang masih
berdasarkan hasil penilaian dan evaluasi pengajar terhadap peserta didik dalam
proses pembelajaran. Sangat penting untuk mengembangkan hard skill, karena kemampuan seseorang dalam melakukan suatu
pekerjaan dengan baik dan benar sangat tergantung dari hard skill yang dia miliki. Seseorang tidak mungkin dapat membuat
suatu alat yang berguna jika dia tidak mengetahui cara pembuatan, tujuan dan
manfaat alat tersebut. Dalam dunia kerja, saat ingin melamar pekerjaan, calon
karyawan perlu untuk mempersiapkan dirinya dengan mengembangkan hard skill sebagai dasar untuk melamar
pekerjaan dan kemudian diimbangi dengan soft
skill sebagai landasan dalam melakukan pekerjaan.
Tidaklah tepat jika kita hanya mengandalkan salah satu dari hard skill atau soft skill saja. Karena, idealnya hard skill yang menekankan pada aspek kognitif dan teknis keilmuan
tertentu harus dilengkapi dengan soft
skill yang diperlukan untuk mengembangkan dan mengoptimalkan kinerja
seseorang. Kolaborasi antara hard skill dan
soft skill akan menghasilkan
kehidupan yang lebih baik.
2.
Mengajarkan Hard Skill
Mengajarkna hard skill adalah tugas orang tua dan guru di sekolah. Keterampilan
ini dilatih yaitu agar individu mampu menguasai bidang pendidikan yang akan
diterapkan di dunia kerja. Keterampilan mengoperasikan komputer untuk seorang
admin, kemampuan mengajar untuk seorang guru, kemampuan berbicara untuk seorang
narator, dan lain sebagainya. Hal yang akan sangat nampak adalah kemampuan
siswa dalam mengikuti pembelajaran di kelas.
Proses pembelajaran di perguruan tinggi lebih menitik
beratkan pada aspek kognitif. Hal ini dapat dilihat pada prestasi mahasiswa
yang ditunjukkan oleh indeks prestasi (IP). Indeks prestasi dibuat berdasarkan
hasil penilaian dari evaluasi dosen terhadap mahasiswa dalam proses
pembelajaran. Kemampuan mahasiswa yang ditunjukkan berdasarkan indeks prestasi
seperti inilah yang sering disebut sebagai kemampuan hard skill.
Menurut Bahrumsyah (2010) dalam
(hardinan.bogspot.co.id) hard skill merupakan penguasaan ilmu pengetahuan,
teknologi dan keterampilan teknis yang berhubungan dengan bidang ilmunya. Hard
skill yaitu lebih beriorentasi
mengembangkan intelligence quotient (IQ). Dari kedua pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa hard skill merupakan kemampuan untuk menguasai ilmu
pengatahuan teknologi dan keterampilan teknis dalam mengembangkan intelligence
quotient yang berhubungan dengan bidangnya.
Ulasan
di atas menunjukkan bahwa pengembangan hard
skill adalah melalui pendidikan formal di kelas. Mata pelajaran yang ada
adalah untuk mengasah kemampuan siswa. Kemampuan yang diasah di sekolah dasar
dan sekolah menengah bertujuan untuk membekali siswa kemampuan dasar untuk
mempelajari kemampuan yang lebih sepesifik di jenjang pendidikan berikutnya.
Pembelajaran hard skill paling
ditekankan pada jenjang sekolah menengah kejuruan dan perguruan tinggi.
Hard
skill merupakan syarat umum yang diperlukan
untuk memasuki dunia kerja karena setiap bidang pekerjaan membutuhkan kemampuan
spesifik yang dikuasai. Seseorang yang tidak menguasai hard skill tertentu maka akan sulit mendapatkan pekerjaan yang
sifatnya menuntut keahlian khusus. Akan tetapi, untuk dapat menjalankan
perannya dalam bekerja, seseorang tidak bisa lepas dari soft skill karena yang bertugas menjadi kontrol dalam bekerja
adalah soft skill seperti yang telah
diulas di atas.
C.
Integrasi Pengembangan
Soft Skill dalam Pembelajaran Hard Skill
Pendidikan memiliki dua tujuan, yaitu membuat
siswa menjadi manusia cerdas dan menjadi manusia baik (good). Sekolah
tidak hanya mengajarkan mata pelajaran yang mencerdaskan aspek kognisi saja,
akan tetapi pendidikan harus bisa mengasah soft skill atau sikap dan
keperibadian siswa. Oleh karena itu, pembelajaran soft skill harus
diadakan di sekolah dengan cara mengintegrasikan dalam pembelajaran hard skill
(kognitif).
Pendidikan karakter menjadi jawaban dari
pendidikan yang tidak hanya menekankan penguasaan kemampuan kognisi, namun juga
mengembangkan kemampuan soft skill. Soft Skills adalah kemampuan diri
yang di dalamnya mencakup pendidikan karakter. Pendidikan karakter yang dapat
diintegrasikan dalam pembelajaran kognitif antara lain.
1.
Religius, yakni ketaatan dan kepatuhan dalam memahami
dan melaksanakan ajaran agama (aliran kepercayaan) yang dianut, termasuk dalam
hal ini adalah sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama (aliran
kepercayaan) lain serta hidup rukun dan berdampingan.
2.
Jujur, yakni sikap dan perilaku yang mnecerminkan
kesatuan antara pengetahuan, perkataan dan perbuatan (mengetahui yang benar,
mengatakan yang benar, dan melakukan yang benar), sehingga menjadikan orang
yang bersangkutan sebagai pribadi yang dapat dipercaya.
3.
Toleransi, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan
penghargaan terhadap perbedaan agama, aliran kepercayaan, suku, adat, bahasa,
ras, etnis, pendapat, dan hal-hal lain yang berbeda dengan dirinya secara sadar
dan terbuka, serta dapat hidup tenang di tengah perbedaan tersebut.
4.
Disiplin, yakni kebiasaan dan tindakan yang konsisten
terhadap segala bentuk peraturan atau tata tertib yang berlaku.
5.
Kerja keras, yakni perilaku yang menunjukkan upaya
secara sungguh-sungguh (berjuang hingga titik darah penghabisan) dalam
menyelesaikan berbagai tugas, permasalahan, pekerjaan, dll dengan
sebaik-baiknya.
6.
Kreatif, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan
inovasi dalam berbagai segi dalam memecahkan masalah, sehingga selalu menemukan
cara-cara baru, bahkan hasil-hasil baru yang lebih baik dari sebelumnya.
7.
Mandiri, yakni sikap dan perilaku yang tidak
tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan berbagai tugas maupun persoalan.
namun hal ini bukan berarti tidak boleh bekerjasama secara kolaboratif,
melainkan tidak boleh melemparkan tugas dan tanggung jawab kepada orang lain.
8.
demokratis, yakni cara berfikir yang mencerminkan
persamaan hak dan kewajiban secara adil dan merata antara dirinya dengan orang
lain.
9.
rasa ingin tahu, yakni cara berfikir, sikap dan
perilaku yang mencerminkan penasaran dan keingintahuan terhadap segala hal yang
dilihat, didengar, dan dipelajari secara lebih mendalam.
10. semangat
kebangsaan dan nasionalisme, yakni sikap dan tindakan yang meningkatkan
kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan pribadi atau individu dan
golongan.
11. cinta tanah
air, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan rasa bangga, setia, peduli dan
penghargaan yang tinggi terhadap bahasa budaya ekonomi politik dan sebagainya,
sehingga tidak m,udah menerima tawaran bangsa lain yang dapat merugikan bangsa
sendiri.
12. menghargai
prestasi, yakni sikap terbuka terhadap prestasi orang lain dan mengakui kekurangan
diri sendiri tanpa mengurangi semangat dan prestasi yang lebih tinggi.
13. komunikatif,
senang bersahabat dan prokaktif, yakni sikap dan tindakan terbuka terhadap
orang lain melalui komunikasi yang santun sehingga tercipta kerjasama secara
kolaboratif dengan baik.
14. cinta damai,
yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan suasana damai, aman, tenang dan
nyaman atas kehadiran dirinya dalam komunitas atau masyarakat tertentu.
15. gemar
membaca, yakni kebiasaan dengan tanpa paksaan untuk menyediakan waktu secara khusus
guna membaca berbagai informasi, baik buku, jurnal, majalah, koran dan
sebagainya, sehingga menimbulkan kebijakan bagi dirinya.
16. peduli
lingkungan, yakni sikap dan tindakan yang selalu berupayamenjaga dan
melestarikan lingkungan sekitar.
17. peduli
sosial, yakni sikap dan perbuatan yang mencerminkan perbuatan terhadap orang
lain maupun masyarakat yang membutuhkannya.
18. tanggung
jawab, yakni sikap dan perilaku seseorang dalam menyelesaikan tugas dan
kewajibannya baik yang berkaitan dengan diri sendiri, sosial, masyarakat,
bangsa, negara, maupun agama.
|
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Pada dasarnya untuk
memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang profesional maka diperlukan pendidikan hard
skill yang baik. Kemampuan yang bersifat kejuruan dan khusus untuk
menguasai bidang tertentu akan melengkapi kinerja suatu instansi. Oleh karena
itu, pendidikan kejuruan dan perguruan tinggi membekali kemampuan kognisi yang
cukup untuk menguasai bidang/jurusan yang diambil agar ketika lulus dapat
menemukan pekerjaan dengan mudah. Hal ini sesuai dengan program pemerintah
untuk mengurangi banyaknya pengangguran di Indonesia. Oleh karena itu, benar
bahwa pengembangan hard skill sangat diperlukan untuk generasi bangsa.
Pendidikan yang menekankan hard skill
adalah kunci untuk mencetak manusia-manusia cerdas. Akan tetapi ada satu sisi
yaitu sisi kemanusiaan yang menyebabkan manusia tidak akan bisa menjadi baik
apabila soft skill-nya tidak dikembangkan dan diterapkan dengan baik.
Oleh karena itu, pendidikan dasar dari sekolah dasar, menengah dan perguruan
tinggi harus memperhatikan aspek keperibadian dan soft skill agar
lulusan yang yang dihasilkan tidak sekedar cerdas akan tetapi juga menjadi
manusia yang baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Joni R.T. dkk. 1996. Materi Pokok Pembelajaran Terpadu S-2
Pendidikan Dasar. Jakarta: Depdikbud
Muhammad Yaumi.2012. Pembelajar Berbasis Multiple Intelligence.
Jakarta: PT Dian Rakyat
Saptono. 2002. Dimensi-dimensi Pendidikan Karakter: Wawasan, Strategi, dan Langkah
Praktis. Salatiga: Erlangga
Suyadi.2013.Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Trianto.2010.Model Pembelajaran Terpadu.Jakarta;PT Bumi Aksara
http://hardinan.blogspot.co.id/2012/02/pentingnya-hard-skill-dan-soft-skill.html.
(diakses pada 19-11-2015. 09.17 WIB)
http://pgsd-uny.blogspot.co.id/2011/10/penerapan-soft-skill-di-sekolah-dasar.html
(diakses pada 06-12-2015 20.15 WIB)
Jurnal
Sri
Mulatsih. 2013. Peningkatan Hard Skills dan Soft Skills Mahasiswa
Melalui Metode Pembelajaran Menulis Teks Bahasa Inggris
Berbasis Genre. Semarang: Universitas Dian Nuswatoro
Melalui Metode Pembelajaran Menulis Teks Bahasa Inggris
Berbasis Genre. Semarang: Universitas Dian Nuswatoro
Tulisannya menarik sekali.
BalasHapusBacaan Surat Al Waqiah Lengkap Arab, Latin & Terjemahan