Halaman

Sabtu, 21 Desember 2013

Budaya Kita

Budaya berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah yang artinya budi dan akal manusia. Budaya adalah suatu cara yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sekelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Masalahnya setiap tahun generasi manusia selalu bergantian dalam mengisi kehidupan. Dari bayi tumbuh menjadi anak, anak menjadi remaja, remaja menjadi dewasa, dewasa menjadi tua. Ya,  proses kehidupan yang sakral memang. Akan tetapi setiap generasi mempunyai karakter yang berbeda. Akan muncul hal-hal baru, sedangkan yang lama akan terdegradasi.
Ya, ‘dahulu’ berbeda dengan ‘sekarang’. Dahulu antusias masyarakat terhadap budaya sangatlah besar. Mereka berbondong-bondong datang ke Pagelaran Budaya, yang merupakan ‘Pesta Rakyat’ masyarakat Yogyakarta yang diselenggarakan pada waktu-waktu tertentu. Akan tetapi sekarang antusias masyarakat mulai berkurang. Banyak yang memilih budaya barat katimbang budaya sendiri.
“GENGSI”, “GGL [nggak gaul loe]” dan bentuk ungkapan-ungkapan yang senada, merupakan bentuk penolakan terhadap budaya. Wujud keinginan untuk mengubah era tradisional menjadi era modern. Padahal dalam Pagelaran Budaya terdapat banyak aspek atau   nilai-nilai pembelajaran yang dapat kita ambil.
Kalau kita bicara masalah budaya, maka kita akan bicara tentang sejarah atau masa lalu. Budaya erat kaitannya dengan sejarah. Bukankah budaya itu ada untuk berjaga-jaga kalau-kalau kita lupa akan peristiwa-peristiwa itu?
Siapa yang tidak kenal Sekaten? Ya, Pegelaran Budaya ini diselenggarakan setiap tahunnya di Alun-Alun Utara Yogyakarta, tepatnya bulan Mulud. Sekaten ada untuk menarik minat masyarakat terhadap budaya yang beraneka ragam dan juga sebagai ajang melestarikan budaya. Sekaten dimaksudkan agar masyarakat tidak melupakan budaya dan selalu cinta akan budayanya sendiri. Harusnya kita bangga akan budaya sendiri. Kalau bukan kita, siapa lagi?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar